Malang, bua.ub.ac.id – Focus Group Discussion (FGD) yang dilaksanakan pada hari Sabtu (30/9) tentang Pengembangan Science Techno Park (STP) di Kabupaten Trenggalek yang dilaksanakan di Lt. 6 Gedung Rektorat Universitas Brawijaya (UB). FGD yang diikuti lebih dari 44 peserta itu terdiri dari 7 orang perwakilan dari Institut Atsiri, 2 orang perwakilan dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), seorang perwakilan dari Atsiri Research Center Universitas Syiah Kuala (ARC Unsyiah), 4 orang perwakilan dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (Ristekdikti), 11 orang perwakilan dari Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertapan) Kabupaten Trenggalek, 3 orang perwakilan dari Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) UB, beberapa perwakilan dari martha tilaar, 12 orang dari Badan Usaha Akademik (BUA) UB, seorang perwakilan dari tim Business Development Service (BDS) BUA, serta 3 orang mahasiswa dari Fakultas Pertanian UB.
Diskusi yang dimulai sejak pukul 09.00 WIB ini membahas kelanjutan hasil diskusi yang telah dilakukan di Jakarta pada hari Rabu, 13 September 2017 kemarin. Sambutan pertama yang disampaikan oleh Ir. Santoso Yudo Warsono MT., selaku Direktur Inovasi Industri dari Ristekdikti. Beliau menyampaikan bahwa pembangunan STP ini perlu menyatukan berbagai institusi diantaranya pemerintah daerah Kabupaten Trenggalek, UB, serta dari Institut Atsiri sendiri. “Selain itu peran stakeholder juga harus berjalan dengan seimbang. Oleh karena itu, masih banyak rangkaian pertemuan yang harus dilakukan untuk menyepakati konsep pembangunan STP di tahun 2018 ini,” tambahnya. Sambutan kedua disampaikan oleh Dr. Ir. Lukito Hasta P, M.Sc. selaku Direktur Kawasan Sains dan Teknologi dan Lembaga Penunjang Lainnya dari Ristekdikti. Selain menyampaikan tentang bagian administrasi, beliau juga menginformasikan bahwa saat ini Ristekdikti telah memfasilitasi sekitar 15 lokasi STP, salah satunya IPB Science Techno Park milik IPB dan Marine Science Techno Park (MSTP) milik Universitas Diponegoro. “Pengembangan STP harus menghasilkan PPBT (Pengusaha Pemula Berbasis Teknologi) atau startup company,” saran beliau. Sedangkan dari Institut Atsiri, sambutan disampaikan oleh Dr. Drs. Warsito, MS., selaku Wakil Direktur Institut Atsiri. Beliau menyampaikan perkembangan masterplan, fasilitas, dan pengetahuan tentang STP yang masih terbatas. Dan sambutan terakhir disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri, MS selaku Rektor Universitas Brawijaya ke-12. Beliau menekankan untuk kemasifan koordinasi dengan beberapa pihak yang terkait dengan harapan di tahun 2018 ini program hilirisasi sudah mulai berjalan.
Untuk mempermudah diskusi dan menemukan solusi yang efisien beberapa perwakilan ini dibagi menjadi 2 kelompok makro dan mikro. Kelompok makro ini terdiri dari BPPT, Dispertapan Kabupaten Trenggalek, ARC Unsyiah, Ristekdikti, BUA UB, dan Institut Atsiri. Sedangkan pada kelompok mikro ini terdiri dari perwakilan martha tilaar, BUA UB, serta Institut Atsiri. Setelah berdiskusi selama kurang lebih 1 jam, beberapa poin yang disampaikan ialah tentang kesinambungan antara produk atsiri dan martha tilaar. Tidak hanya itu, kelompok ini juga membahas jaminan mutu, harapan untuk pemerintah daerah Trenggalek, dan beberapa saran untuk masing-masing intitusi. Diskusi kelompok ini menghasilkan kesepakatan yang berupa keyholder inovasi dan pengelola, supporting tata kelola, beberapa tahapan, dan harapan kerjasama. Kegiatan yang berjalan lancar ini berakhir pada pukul 15.00 WIB.